ARTICLE AD BOX
Mang Rio yang menekuni usaha ini sejak 2010 mengaku bahwa kecintaannya terhadap seni payasan berawal dari hobi menggambar dan mengukir secara otodidak saat masih duduk di bangku SD. “Dulu, saya belajar tanpa seorang guru, hanya dari keinginan untuk mencoba dan terus berlatih,” ujar Mang Rio, sapaannya, Minggu (5/1/2025).
Meskipun lulusan jurusan akuntansi dari SMK PGRI 2 Denpasar dan pernah bekerja di sebuah minimarket selama tiga tahun, Mang Rio akhirnya memilih menekuni seni pepayasan sebagai mata pencaharian utamanya.
Pada awal 2025 ini, pesanan payasan untuk Ogoh-Ogoh dari berbagai Banjar di Denpasar sudah mulai masuk. "Astungkara, saya sudah menerima pesanan untuk Ogoh-Ogoh besar dari delapan Banjar dan untuk Ogoh-Ogoh mini dari empat orang pelanggan," kata Mang Rio.
Ia menjelaskan, harga pepayasan ditentukan berdasarkan tingkat kerumitan dan tokoh karakter yang diinginkan. "Misalnya, karakter dewa dihitung dari kepala sampai kaki secara penuh, harganya sekitar Rp 4,5 juta," jelasnya.
Selain payasan untuk Ogoh-Ogoh besar dan mini, Mang Rio juga mengerjakan payasan untuk layangan Janggan dan payasan tari-tarian. Bahan utama yang digunakan bervariasi, seperti kertas solek untuk Ogoh-Ogoh, kombinasi solek dan kulit untuk layangan Janggan, serta kulit untuk payasan tari-tarian.
Menurutnya, proses pembuatan payasan Ogoh-Ogoh membutuhkan waktu sekitar dua minggu, tergantung pada kompleksitas desain. Namun, pengerjaan payasan tari-tarian dianggap paling menantang karena harus mematuhi pakem khusus dalam pembuatannya.
Harapan di Tahun 2025
Mang Rio berharap tahun ini usahanya dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal. Ia juga ingin mengubah pandangan masyarakat terhadap seni tradisional.
"Semoga UMKM seperti kami bisa terus tumbuh setiap tahun dan tidak dipandang sebelah mata. Ini membuktikan bahwa seni atau hobi yang dibayar adalah sesuatu yang asik dan berharga," tutupnya.
Musim pengerjaan Ogoh-Ogoh jelang Nyepi memang menjadi momen puncak bagi para perajin seni lokal, sekaligus bukti bahwa kreativitas dan tradisi bisa menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan. *m03