ARTICLE AD BOX
Pada kesempatan ini, Ida Wayan Oka Granoka selaku penggagas Konnum Besar Maha Bajra Sandhi, menekankan pentingnya pendekatan konvergensi antara seni, agama, dan sains sebagai solusi inovatif untuk menghadapi tantangan peradaban.
“Kita hidup dalam dunia yang semakin kompleks. Oleh karena itu, hanya melalui sinergi yang harmonis antara seni, agama, dan sains, kita dapat menciptakan sebuah paradigma baru yang tidak hanya menjawab kebutuhan manusia secara material, tetapi juga spiritual dan intelektual,” jelasnya.
Granoka juga memperkenalkan konsep "Garba Emas", yang berfokus pada pendidikan manusia unggul sejak usia dini. Menurutnya, masa depan bangsa sangat bergantung pada kemampuan mencetak generasi yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
“Garba Emas bukan hanya sekadar ide, tetapi sebuah strategi untuk menyiapkan generasi masa depan yang mampu menembus fenomena prekognisi potensi diri. Pendidikan sejak usia dini adalah kunci untuk menciptakan manusia yang mampu memahami tidak hanya dunia fisik, tetapi juga dunia metafisik,” tambahnya.
Ia juga menghubungkan konsep ini dengan filosofi dari Kakawin Sutasoma yang menekankan pentingnya Bhinneka Tunggal Ika. “Bhinneka Tunggal Ika adalah landasan spiritual bangsa kita. Melalui nilai ini, kita dapat mendidik generasi muda untuk menghargai keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan,” tegas Granoka.
Dalam konteks tema besar acara, yaitu "Wisuddha Republikanisme Demokrasi," Granoka mengajak peserta untuk merefleksikan perjalanan demokrasi Indonesia yang sudah berjalan selama hampir 80 tahun. Ia menilai bahwa demokrasi harus terus diselaraskan dengan nilai-nilai lokal dan spiritual bangsa.
“Demokrasi bukan hanya tentang sistem politik, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang memiliki jiwa mahardika—masyarakat yang mampu menghargai kebenaran, keadilan, dan keberagaman. Ini adalah tugas besar yang membutuhkan integritas dan visi,” paparnya.
Granoka juga menyampaikan pandangan tentang pentingnya menyelaraskan demokrasi dengan kebutuhan zaman. “Kita sedang berada di ambang transformasi besar. Demokrasi kita tidak boleh stagnan, tetapi harus berkembang menjadi lebih inklusif, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan global. Wisuddha Republikanisme Demokrasi adalah upaya untuk menjawab tantangan ini,” ungkapnya.
Di akhir pemaparannya, Granoka menegaskan pentingnya dialog lintas disiplin sebagai fondasi untuk membangun bangsa yang lebih baik. “Dengan bersatu melalui seni, agama, dan sains, kita bisa menciptakan peradaban yang tidak hanya unggul secara material, tetapi juga memiliki jiwa yang agung dan mulia,” pungkasnya.
Dalam kesempatan acara di penghujung 2024 ini juga dilaksanakan sesi dialog tarka yakni “Rekonsiliasi Besar Abad-21 Puncak: Revolusi Negara Hadir, Revolusi Moral Jiwa yang Terbit, Indonesia Terbit, Akankah Dunia Terlahir Kembali?”
Pada sesi ini Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., MA, Guru Besar Imeritus ISI Denpasar, menyampaikan elaborasi dari Laboratorium Hiposetral Maha Bajra Sandhi. Ra Adi Ageng
Azantrhaka, Founder & CEO Kura Sagara yang juga dikenal sebagai Motivator Spiritual memberikan paparan Nusvantara Anyar: Menjadi Suar atau Sebatas Guar?. Sementara Prof Dr. I Dewa Gede Palguna, S.H., M.Hum,mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, memberikan tanggapan profesional terkait paparan dalam sesi ini.
Azantrhaka, Founder & CEO Kura Sagara yang juga dikenal sebagai Motivator Spiritual memberikan paparan Nusvantara Anyar: Menjadi Suar atau Sebatas Guar?. Sementara Prof Dr. I Dewa Gede Palguna, S.H., M.Hum,mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, memberikan tanggapan profesional terkait paparan dalam sesi ini.
Sementara itu Dialog Tarka sesi dua menjadi penutup acara, mengangkat tema “Garba Emas Kaskara Manusia Unggul, Memingit Benih Sejak Usia Dini” yang memanpilkan narasumber Dr. A.A Gede Agung Rahma Putra, S.Sn., M.Sn, Ida Ayu Arya Satyani, S.Sn., M.Sn, dan Ida Ayu Adis Ligianing Putri, S.Pd.
Acara yang diselenggarakan oleh Maha Bajra Sandhi ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa, perwakilan Dinas Kebudayaan Badung, Dinas kebudayaan Kota Denpasar, puri, akademisi, serta undangan lainnya.
Pemkab Badung, kata Suiasa, sangat menyambut baik dan memberikan apresiasi atas
terselenggaranya kegiatan ini. “Kegiatan ini saya pandang sebagai media sosialisasi untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat dalam upaya menjaga, memelihara, dan melestarikan warisan seni dan budaya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Suiasa.
terselenggaranya kegiatan ini. “Kegiatan ini saya pandang sebagai media sosialisasi untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat dalam upaya menjaga, memelihara, dan melestarikan warisan seni dan budaya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Suiasa.
Selain itu, kegiatan ini juga merupakan wujud komitmen bersama untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas mengenai nilai-nilai dan kearifan lokal yang terkandung dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat
“Kegiatan ini dapat menjadi momentum revitalisasi semangat berkreasi dan berinovasi bagi anak bangsa dalam pelestarian dan pengembangan seni, adat dan budaya serta dapat dilaksanakan secara berkelanjutan,” tuntasnya.